BAGI kebanyakan kalangan, menciptakan rumah pintar (smart home) masih terbilang mahal. Itu karena harganya tergantung kompleksitas sistem yang diinginkan dan jumlah peranti yang digunakan.
Karena itulah, sistem rumah pintar lebih tepat diaplikasikan pada rumah besar dengan mobilitas penghuni tinggi dan sangat mementingkan kepraktisan. Pemanfaatan infrastruktur dalam smart home tidak terbatas untuk aplikasi peranti elektronik dan sistem keamanan.
Namun juga mencakup akses informasi melalui dunia maya. Dengan demikian, sistem rumah pintar juga harus bisa mengakses informasi melalui sambungan kabel atau nirkabel. Karena itu memungkinkan penghuni bisa mengakses pekerjaan di kantor dari rumah atau sebaliknya, menikmati hiburan, sampai mengakses pendidikan jarak jauh.
Tidak heran kalau sejumlah kalangan berpandangan, rumah dengan konsep seperti itu merupakan salah satu cara pemecahan untuk mengurangi penggunaan listrik, memperpanjang "hidup" barang elektronik. Yang ujung-ujungnya, akan mengurangi tagihan rekening listrik. Bahkan, ketika hendak dijual kembali, rumah dengan konsep seperti ini akan meningkatkan harga jual rumah. Karena itulah, sebagian kalangan beranggapan penggunaan berbagai alat smart home akan menaikkan nilai rumah yang dijual pengembang.
Menurut Executive Marketing & Communication PT Procon Indah Untoro Wisnu Gardewo, smart home merupakan rumah yang memanfaatkan sistem komputer yang tujuannya untuk menciptakan kenyamanan, keselamatan, keamanan penghuni sesuai dengan gaya hidup modern. Sistem ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai perlengkapan dan peralatan, misalkan saja lampu, suhu ruangan, ataupun berbagai peranti elektronik seperti TV. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan suara, sinar inframerah maupun remote control.
Dengan adanya alat ini, penghuni dapat mengatur suhu ruangan maupun menyalakan lampu rumah walaupun tidak sedang berada di tempat. Dia menjelaskan, alasan pengembang membangun rumah dengan konsep smart home adalah untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup masyarakat modern sekaligus untuk meningkatkan daya tarik produknya.
Perkembangan teknologi seperti sistem smart home diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat modern, misalnya privasi dan kenyamanan. Sejumlah kluster eksklusif menempatkan closed circuit television (CCTV) di pintu masuk.
Dengan demikian, penghuni dapat melihat terlebih dahulu tamu yang datang sebelum memutuskan untuk menerima tamu ataupun menolaknya. Hal ini dapat meningkatkan privasi bagi penghuni yang tinggal di dalam kluster tersebut.
Contoh lainnya, sistem ini memungkinkan pula penghuni untuk melihat keadaan rumahnya ketika sedang berada di luar rumah melalui peranti elektronik, bisa handphone ataupun laptop. Pengembang yang membangun rumah dengan konsep seperti ini memiliki target pasar yang cenderung berbeda.
Target pasarnya adalah masyarakat kelas atas dengan gaya hidup yang modern atau masyarakat yang memandang teknologi sebagai gaya hidup. Produk-produk ini ditawarkan dengan harga di atas Rp1 miliar.
Karena itulah, pengembang tidak bisa sembarangan dalam mengembangkan suatu produk. Produk tersebut harus tepat sasaran dengan target pasarnya sehingga tetap laku. Target pasar dari rumah berkonsep smart home ini adalah masyarakat atas dengan gaya hidup yang modern atau yang sudah terbiasa memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Sampai saat ini, baru beberapa pengembang perumahan seperti PT BSD City, PT Jaya Real Property, dan PT Modern Land yang mengembangkan konsep smart home tersebut. Tentunya dalam mengembangkan konsep tersebut ketiganya telah didukung kesiapan infrastruktur, fasilitas, dan pangsa pasar yang potensial.
Membangun rumah dengan konsep smart home dapat dikatakan sebagai suatu inovasi yang dilakukan pengembang untuk bersaing di pasar. Dengan semakin ketatnya persaingan dalam memasarkan rumah, pengembang tentunya berupaya untuk memunculkan keunggulan dari produk huniannya. Salah satunya dengan memasarkan rumah dengan konsep smart home ini.
Untuk saat ini, konsep smart home tersebut mendukung gaya hidup kelompok masyarakat tertentu. Perkembangan teknologi memang menarik minat masyarakat, terutama karena sepertinya semua kebutuhan bisa dipenuhi dan dipermudah. Namun, ada kemungkinan tidak semua masyarakat kelas atas memanfaatkan teknologi dalam gaya hidupnya.
Sementara, Ketua Umum Asosiasi Real Estat Broker Indonesia (AREBI) Tirta Setiawan menjelaskan, kalau diperhatikan lebih dalam, rumah yang mengadopsi konsep smart home akan bermuara pada sistem keamanan rumah. Namun, dalam hal ini, pengembang mengikutsertakan teknologi dalam mengembangkan sistem keamanan.
Pemasangan teknologi di rumah tentu menjadi nilai tambah. Hanya, belum diketahui secara pasti, apakah nilai tambah tersebut membawa pengaruh positif bagi penjualan rumah yang dibangun pengembang. Buktinya, pada saat ini masyarakat belum menjadikan hal itu sebagai alasan utama membeli rumah dalam kawasan perumahan. Mahalnya alat yang dipergunakan untuk mendukung rumah dengan konsep seperti itu, menjadi salah satu alasan mengapa belum banyak pengembang yang melengkapi rumah yang dibangunnya dengan konsep smart home.
Menurut Manajer Riset Jones Lang LaSalle Anton Sitorus, pengembang yang membangun rumah di kawasan perumahan dengan konsep smart home belumlah terlalu banyak. Kondisi tersebut kemungkinan karena belum dijadikannya konsep smart home sebagai alasan utama masyarakat membeli rumah di kawasan perumahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar